Bahasa Indonesia X - Semester 1 - Menelusuri Nilai-Nilai dalam Karya Sastra - Bab 4 - Uji Kompetensi 5

Bahasa Indonesia X - Semester 1 - Menelusuri Nilai-Nilai dalam Karya Sastra - Bab 4 - Uji Kompetensi 5

Bahasa Indonesia SMA/MA

Kelas X Semester 1




BAB 4
Penyusunan Hikayat ke dalam Bentuk Cerpen



Tugas


A. Bacalah kutipan hikavat berikut!

Dimnah di Hadapan Raja Singa

    Syahdan pada suatu hari yang baik berjalanlah Dimnah pergi menghadap raja singa. Demi sampai ke hadapan raja sujudlah ia menjunjung duli. Akan singa tiadalah ia kenal siapa Dimnah, oleh itu bertanyalah ia kepada yang duduk dekatnya, siapakah yang menyembah kepadanya itu. Setelah diterangkan orang siapa ayahnya, barulah raja singa ingat bahwa ia tahu akan bapa Dimnah. Makan bertitahlah raja, "Hai Dimnah, di manakah engkau selama ini?"
    "Ampun, Tuanku, beribu ampun," jawab Dimnah, "adalah patik yang hina ini senantiasa jua duduk di pintu balairung, Tuanku, menanti nantikan kalau-kalau ada sesuatu perkara yang dapat patik jadikan jalan akan berkhidmat kepada Tuanku, baik dengan diri maupun dengan harta dan pikiran. Bukankah, kata patik kepada diri patik, di penghadapan raja senantiasa timbul berbagai-bagai perkara, dan masakan di antara perkara yang banyak ragamnya itu tidak ada agak sebuah yang perlu tenaga seseorang yang tiada berharga sebagai patik ini sekalipun? Tuanku pun lebih mengetahui bahwa sekali-kali orang yang bagaimana rendah dan hina pun, ada juga perlunya kepada raja dan negeri. Ranting yang kering yang tercampak di jalan raya pun terkadang-kadang ada gunanya, sekurang kurangnya penggaruk gatal di tempat yang tiada tercapai oleh tangan. Betapa pula orang, yang banyak sedikit pun ada mempunyai akal."
    Sangat tercengang raja mendengar kata Dimnah demikian, dan mengertilah baginda bahwa Dimnah adalah seorang yang bijaksana juga. "Orang ini berilmu rupanya," kata baginda dalam hati, "hanya belum terkenal namanya. Oleh sebab itu, dicarinya juga jalan hendak mengemukakan dirinya, ibarat api bagaimana pun diusahakan memadaminya, namun nyala nya bertambah tinggi juga."
    Melihat raja bermenung demikian, ber datang sembahlah pula Dimnah, "Ampun, Tuanku, adapun hamba rakyat datang ke hadapan raja, terutama ialah karena hendak mengumpulkan ilmu pengetahuan yang banyak terserak di balairung. Kemuliaan hanyalah dua macam, kemuliaan jadi ahli peperangan, dan kemuliaan jadi ahli pengetahuan.
    Sekalipun seseorang berteman banyak, tetapi tiada berilmu, tiada juga gunanya baginya. Bahkan kerapkali hanya mendatangkan bahaya. Tidak asa sesuatu pekerjaan pun juga yang perlu pekerja yang banyak, tetapi tiap-tiap pekerjaan perlu pekerja yang pandai. Orang yang harap kepada penolong yang banyak, kerapkali sama halnya dengan seseorang yang memikul batu besar, ia payah tetapi suatu pun tiada faedahnya. Kalau yang perlu pohon, tentulah ranting tiada berguna, sekalipun banyak. Ampun Tuanku, Tuankulah yang terutama tiada akan menyia-nyiakan budi yang mulia, sekalipun terlihat pada orang yang hina dena. Bukankah kerap kali terjadi yang hina itu terpandang mulia akhirnya? Tali busur dari urat binatang mati diperbuat orang, tetapi setelah terpasang pada busur, tangan raja pun tiada segan memegangnya."
    Kemudian supaya yang hadir jangan menyangka bahwa ia dihormati raja karena raja tahu akan ayahnya, berkatalah pula Dimnah, "Ampun, Tuanku raja tiadalah memuliakan seseorang karena bapanya mulia umpamanya, atau menghinakannya karena bapanya hina. Tetapi raja memandang hanya kepada diri orang itu semata-mata, karena nyatalah tiada yang lebih dekat seseorang lain daripada dirinya sendiri jua."
    Makin bertambah heran raja mendengar tutur kata Dimnah, dan bertitahlah raja menyuruh Dimnah duduk lebih dekat kepadanya.
    Kemudian raja pun bersabda, "Manusia tabiatnya dua macam. Ada yang lekas panas seperti ular berbisa. Jika kebetulan terpijak dan tiada menggigit, janganlah diulang memijaknya sekali lagi. Ketika itu tak dapat ia pasti menggigit. Kedua, orang yang dingin tabiatnya. Tetapi sebagai ranting yang kering, apabila lama dipergosokkan tentu keluar juga api daripadanya. Oleh sebab itu, apabila raja lupa menghormati seseorang yang sesungguhnya patut dihormati, janganlah ia terus-menerus lupa. Lebih lekas ditebusnya kelupaan itu lebih baik baginya."

B. Ubahlah kutipan hikayat tersebut dalam bentuk cerpen. Kemudian, sampaikan hasil depan kelas. Mintalah teman atau giru Anda menanggapi hasil tugas Anda!
    -

Uji Kompetensi 5

Kerjakan soal-soal berikut!

1. Jelaskan langkah-langkah mengubah hikayat menjadi cerpen!
    a.  Meringkas atau membuat sinopsis sebuahpenggalan hikayat.
    b.  Mendaftar konflik-konflik antartokoh dalam sebuah penggalan hikayat.
    c.  Memilih konflik yang menarik (mengesankan) berdasarkan data konflik yang sudah dirumuskan.
    d.  Mengembangkan pilihan konflik tersebut menjadi cerita pendek.

2. Mengapa konflik-konflik dalam hikayat harus dicatat dengan cemat?
    Alasan konflik hikayat harus dicatat dengan cermat karena akan menegaskan karakter yang dimiliki setiap tokoh. Selain itu, konflik juga berperan dalam membangun alur serta resolusi dalam cerita. Keduanya dibutuhkan untuk menyajikan baik nilai maupun amanat kepada para penikmat hikayat.

3. Sebutkan unsur yang harus diperhatikan saat mengonversi hikayat menjadi cerpen!
    Tema, untuk mengembangkan judul
    Alur, menyajikan rangkaian peristiwaa
    Konflik, memilih konflik anatar tokoh yang menarik

4. Bagaimana gaya bahasa yang digunakan dalam menulis cerpen?
    Gaya bahasanya lebih dinamis dan mengikuti perkembangan zaman. Majas-majas tidak harus selalu digunkan.

5. aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam menyampaikan hikayat dalam bentuk cerpen secara lisan!
    a. Keruntutan cerita, cerita yang disampaikan harus runtut sehingga pendengar akan mudah memahami isi cerita.
    b. Suara, lafal, dan intonasi, di dalam bercerita kita harus menggunkan suara, lafal, dan intonasi yang tepat. Suara dan lafal yang dikeluarkan harus terdengar jelas di telinga pendengar.
    c. Gestur dan mimik, gestur adalah gerakan badan yang digunakan dalam bercerita. Anda dapat menggunkan gerak tangan, kepala, atau badan untuk mempertegas isi cerita. Mimik adalah ekspresi wajah (air muka) untuk menunjukan perasaan yang terkandung di dalam cerita.







Kami mohon maaf bila ada kesalahan jawaban maupun pertanyaan..
Berilah komentar kesalahan apa yang ada dan kami akan merevisinya.
terima kasih




Post a Comment

0 Comments