BIOLOGI SMA/MA
Kelas X Semester I
BAB 1
Ruang Lingkup Biologi
Ruang Lingkup Biologi
Pendalam Materi
C. Prosedur Keselamatan Kerja di Labolatorium
3. Mengenal Prosedur Kerja di Laboratorium
Untuk meminimalkan kecelakaan di laboratorium pira pekerja laboratorium harus mengetahui sumber-sumber bahaya, simbol tanda bahaya, teknik penggunaan alat-alat laboratorium, dan teknik penggunaan peralatan keselamatan kerja. Laboratorium yang baik juga harus mempunyai peralatan keselamatan kerja yang disesuaikan dengan kebutuhan laboratorium tersebut. Beberapa peralatan keselamatan kerja di laboratorium sebagai berikut.
a. Jas laboratorium berfungsi untuk mencegah bahaya kontaminasi atau menghindari bahaya yang terjadi akibat percikan bahan-bahan kimia berbahaya.
b. Sarung tangan berfungsi melindungi tangan dari bahan yang sangat panas misalnya dari api bunsen dan tanur. Bahan sarung tangan dapat terbuat dari karet alam, karet neopran, karet nitril, dan asbes.
c. Pelindung mata dan muka berfungsi melindungi muka dan mata dari percikan bahan kimia. Di samping itu, disarankan untuk tidak menggunakan lensa kontak apabila bekerja di laboratorium karena asap/uap dapat menumpuk di bawah lensa kontak yang dapat menimbulkan kerusakan mata.
d. Alat pencuci atau keran air berfungsi untuk memberikan pertolongan pertama apabila mata terkena.
e. Cairan kimia, debu, dan butir-butiran yang terbang. Alat pemadam kebakaran berfungsi untuk memadamkan api jika terjadi kebakaran dalam laboratorium. Alat pemadam kebakaran sangat vital dan setiap laboratorium harus dilengkapi dengan alat ini. Bahan pemadam kebakaran tergantung pada jenis bahan bakar yang menyebabkan kebakaran. Bahan pemadam kebakaran ada yang berupa air tepung, atau karbon dioksida.
f. Tanda peringatan keselamatan diperlukan untuk menghindari kecelakaan dan wajib dipatuhi setiap orang yang melakukan aktivitas di laboratorium.
Selain perlengkapan keselamatan pribadi, simbol-simbol yang menyatakan sifat bahan kimia perlu dicantumkan pada setiap botol tempat penyimpanan. Hal ini bertujuan untuk memberi tahu kepada para pengguna akan karakteristik dan bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh bahan tersebut. Beberapa simbol bahan kimia dijelaskan dalam tabel berikut.
Beberapa hal yang harus diperhatikan ketika menggunakan bahan kimia sebagai berikut.
a. Perhatikan label atau etiket yang ditempel di botol atau wadah bahan kimia. Pada saat menggunakan bahan kimia yang bersifat asam kuat, sebaiknya dilakukan di lemari asam.
b. Jika bahan kimia berwujud cair, gunakan pipet panjang atau pipet ukur untuk mengambilnya. Jangan disedot dengan mulut, tetapi gunakanlah alat penyedot. Untuk bahan kimia yang banyak, tuanglah terlebih dahulu ke gelas beker besar, lalu pindahkan ke gelas beker kecil. Jangan menuang langsung ke tabung reaksi. Manfaatkan bentuk bibir gelas beker untuk mengatur aliran/tetesan bahan kimia. Jika perlu, tuang ke dalam gelas beker dengan batang pengaduk agar jatuhnya bahan kimia tidak terpercik.
с. Gunakan spatula untuk mengambil bahan kimia berbentuk serbuk atau butiran (misalnya NaOH dan NaCl). Gunakan ujung yang pipih sebagai sendok dan ambillah bahan kimia tersebut dalam takaran sedikit demi sedikit.
d. Cara menuang bahan kimia sebagai berikut.
1). Gunakan terlebih dahulu masker penutup mulut dan hidung.
2). Peganglah bagian botol yang terdapat labelnya.
3). Bukalah tutup botol, lalu letakkan tutup botol dalam posisi terbalik.
4). Pada saat menuang bahan kimia, jauhkan dari hidung.
5). Setiap kali selesai menuang bahan kimia, segeralah menutupnya kembali.
e. Biasakan segera mencuci tangan jika terkena bahan kimia atau selesai menggunakan bahan kimia.
Dalam laboratorium juga diperlukan tata tertib untuk keselamatan kerja di laboratorium. Standar Operasional Prosedur Laboratorium (Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja) di laboratorium (Depkes RI, 2002) sebagai berikut.
a. Pakailah jas laboratorium saat berada dalam ruang pemeriksaan atau di ruang laboratorium. Tinggalkan jas laboratorium di ruang laboratorium setelah selesai bekerja.
b. Cuci tangan sebelum pemeriksaan
c. Menggunakan alat pelindung diri (masker, sarung tangan, kaca mata, dan sepatu tertutup).
d. Semua spesimen harus dianggap infeksius (sumber penular) sehingga harus ditangani
e. Dengan sangat hati-hati. Semua bahan kimia harus dianggap berbahaya sehingga harus ditangani dengan hati-hati.
f. Tidak makan, minum, dan merokok di dalam laboratorium
g. Tidak menyentuh mulut dan mata saat bekerja.
h. Tidak diperbolehkan menyimpan makanan di dalam lemari pendingin yang digunakan untuk menyimpan bahan-bahan klinik atau riset.
i. Tidak diperbolehkan melakukan pengisapan pipet melalui mulut dan gunakanlah peralatan mekanik (seperti penghisap karet) atau pipet otomatis.
j. Tidak membuka sentrifuge sewaktu masih berputar
k Menutup ujung tabung penggumpal darah dengan kertas atau kain, atau jauhkan dari muka sewaktu membuka.
l. Bersihkan semua peralatan bekas pakai dengan desinfektan larutan klorin 0,5% dengan cara merendam selama 20-30 menit.
m. Bersihkan permukaan tempat bekerja atau meja kerja setiap kali selesai bekerja menggunakan larutan klorin 0,5%.
n. Memakai sarung tangan sewaktu membersihkan alat-alat laboratorium dari bahan gelas.
o. Gunakan tempat antitembus dan antibocor untuk menempatkan bahan-bahan yang tajam.
p. Letakkan bahan-bahan limbah infeksi di dalam kantong plastik atau wadah dengan penutup yang tepat.
q. Mencuci tangan dengan sabun dan beri desinfektan setiap kali selesai bekerja.
Kecelakaan kerja dapat terjadi di mana saja, termasuk saat bekerja di laboratorium. Apabila terjadi kecelakaan kerja, lakukan pertolongan pertama untuk menghindari akibat yang lebih fatal. Pertolongan pertama ini bersifat sementara sehingga korban harus segera dibawa ke tempat pelayanan kesehatan, misalnya puskesmas atau rumah sakit. Tujuan pertolongan pertama untuk mencegah meluasnya kecelakaan kerja dan mengurangi tingkat kerusakan atau risiko kecelakaan kerja yang lebih besar. Beberapa jenis kecelakaan yang dapat terjadi saat bekerja di laboratorium serta cara penanganannya sebagai berikut.
a. Terbakar
Apabila ada bagian tubuh yang terbakar, segera olesi dengan salep untuk luka bakar. Jika tidak ada, luka bakar dapat diolesi dengan lendir tanaman lidah buaya untuk pertolongan pertama. Lendir tanaman lidah buaya bersifat mendinginkan dan mengandung bahan antibiotik alami sehingga dapat mencegah terjadinya infeksi.
b. Iritasi Mata
Jika mata terkena bahan kimia, cuci mata dengan air sebanyak-banyaknya. Jika bahan kimia tersebut bersifat asam, gunakan cairan pencuci mata dan 1% natrium bikarbonat. Jika mata terkena bahan kimia bersifat basa, gunakan cairan pencuci mata dan 1% asam borat. Jika mata terkena benda asing yang sukar dikeluarkan, tutuplah mata dengan kapas dan segera periksakan ke dokter.
c. Luka Sobek
Luka kecil dapat diolesi dengan antikuman, lalu dibalut dengan kasa steril. Namun, jika lukanya dalam, ambillah kapas dan tekan pada luka untuk mengurangi pendarahan. Posisikan daerah luka lebih tinggi dari bagian tubuh lain dan segera bawa ke dokter untuk mendapatkan pengobatan.
d. Keracunan Bahan Kimia Melalui Mulut
Jika ada bahan kimia yang bersifat asam tertelan melalui mulut, minumlah air kapur encer, lalu minum air sebanyak-banyaknya. Jangan minum obat yang menyebabkan muntah. Jika larutan basa yang terminum, segera minum cuka encer dan minum banyak air. Minum susu juga merupakan cara lain yang dapat menetralisir bahan kimia yang masuk ke tubuh Dengan demikian, dampak buruk bahan kimia bagi tubuh akan segera berkurang.
e. Keracunan Bahan Kimia Melalui Pernapasan
Pindahkan penderita keluar ruangan sambil mengendurkan semua pakaian yang mengganggu pernapasan, Jika penderita pingsan, berilah bau-bauan yang menyengat agar lekas siuman. Pernapasan buatan dapat juga diberikan agar penderita segera sadar.
Banyak kasus kecelakaan kerja di laboratorium terjadi akibat perilaku siswa yang memiliki tingkat kesadaran rendah. Banyak bercanda, tidak fokus atau konsentrasi, kurang perhatian terhadap prosedur kerja, merupakan beberapa faktor yang sering menjadi penyebab terjadinya kecelakaan kerja.
C. Prosedur Keselamatan Kerja di Labolatorium
3. Mengenal Prosedur Kerja di Laboratorium
Untuk meminimalkan kecelakaan di laboratorium pira pekerja laboratorium harus mengetahui sumber-sumber bahaya, simbol tanda bahaya, teknik penggunaan alat-alat laboratorium, dan teknik penggunaan peralatan keselamatan kerja. Laboratorium yang baik juga harus mempunyai peralatan keselamatan kerja yang disesuaikan dengan kebutuhan laboratorium tersebut. Beberapa peralatan keselamatan kerja di laboratorium sebagai berikut.
a. Jas laboratorium berfungsi untuk mencegah bahaya kontaminasi atau menghindari bahaya yang terjadi akibat percikan bahan-bahan kimia berbahaya.
b. Sarung tangan berfungsi melindungi tangan dari bahan yang sangat panas misalnya dari api bunsen dan tanur. Bahan sarung tangan dapat terbuat dari karet alam, karet neopran, karet nitril, dan asbes.
c. Pelindung mata dan muka berfungsi melindungi muka dan mata dari percikan bahan kimia. Di samping itu, disarankan untuk tidak menggunakan lensa kontak apabila bekerja di laboratorium karena asap/uap dapat menumpuk di bawah lensa kontak yang dapat menimbulkan kerusakan mata.
d. Alat pencuci atau keran air berfungsi untuk memberikan pertolongan pertama apabila mata terkena.
e. Cairan kimia, debu, dan butir-butiran yang terbang. Alat pemadam kebakaran berfungsi untuk memadamkan api jika terjadi kebakaran dalam laboratorium. Alat pemadam kebakaran sangat vital dan setiap laboratorium harus dilengkapi dengan alat ini. Bahan pemadam kebakaran tergantung pada jenis bahan bakar yang menyebabkan kebakaran. Bahan pemadam kebakaran ada yang berupa air tepung, atau karbon dioksida.
f. Tanda peringatan keselamatan diperlukan untuk menghindari kecelakaan dan wajib dipatuhi setiap orang yang melakukan aktivitas di laboratorium.
Selain perlengkapan keselamatan pribadi, simbol-simbol yang menyatakan sifat bahan kimia perlu dicantumkan pada setiap botol tempat penyimpanan. Hal ini bertujuan untuk memberi tahu kepada para pengguna akan karakteristik dan bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh bahan tersebut. Beberapa simbol bahan kimia dijelaskan dalam tabel berikut.
Beberapa hal yang harus diperhatikan ketika menggunakan bahan kimia sebagai berikut.
a. Perhatikan label atau etiket yang ditempel di botol atau wadah bahan kimia. Pada saat menggunakan bahan kimia yang bersifat asam kuat, sebaiknya dilakukan di lemari asam.
b. Jika bahan kimia berwujud cair, gunakan pipet panjang atau pipet ukur untuk mengambilnya. Jangan disedot dengan mulut, tetapi gunakanlah alat penyedot. Untuk bahan kimia yang banyak, tuanglah terlebih dahulu ke gelas beker besar, lalu pindahkan ke gelas beker kecil. Jangan menuang langsung ke tabung reaksi. Manfaatkan bentuk bibir gelas beker untuk mengatur aliran/tetesan bahan kimia. Jika perlu, tuang ke dalam gelas beker dengan batang pengaduk agar jatuhnya bahan kimia tidak terpercik.
с. Gunakan spatula untuk mengambil bahan kimia berbentuk serbuk atau butiran (misalnya NaOH dan NaCl). Gunakan ujung yang pipih sebagai sendok dan ambillah bahan kimia tersebut dalam takaran sedikit demi sedikit.
d. Cara menuang bahan kimia sebagai berikut.
1). Gunakan terlebih dahulu masker penutup mulut dan hidung.
2). Peganglah bagian botol yang terdapat labelnya.
3). Bukalah tutup botol, lalu letakkan tutup botol dalam posisi terbalik.
4). Pada saat menuang bahan kimia, jauhkan dari hidung.
5). Setiap kali selesai menuang bahan kimia, segeralah menutupnya kembali.
e. Biasakan segera mencuci tangan jika terkena bahan kimia atau selesai menggunakan bahan kimia.
Dalam laboratorium juga diperlukan tata tertib untuk keselamatan kerja di laboratorium. Standar Operasional Prosedur Laboratorium (Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja) di laboratorium (Depkes RI, 2002) sebagai berikut.
a. Pakailah jas laboratorium saat berada dalam ruang pemeriksaan atau di ruang laboratorium. Tinggalkan jas laboratorium di ruang laboratorium setelah selesai bekerja.
b. Cuci tangan sebelum pemeriksaan
c. Menggunakan alat pelindung diri (masker, sarung tangan, kaca mata, dan sepatu tertutup).
d. Semua spesimen harus dianggap infeksius (sumber penular) sehingga harus ditangani
e. Dengan sangat hati-hati. Semua bahan kimia harus dianggap berbahaya sehingga harus ditangani dengan hati-hati.
f. Tidak makan, minum, dan merokok di dalam laboratorium
g. Tidak menyentuh mulut dan mata saat bekerja.
h. Tidak diperbolehkan menyimpan makanan di dalam lemari pendingin yang digunakan untuk menyimpan bahan-bahan klinik atau riset.
i. Tidak diperbolehkan melakukan pengisapan pipet melalui mulut dan gunakanlah peralatan mekanik (seperti penghisap karet) atau pipet otomatis.
j. Tidak membuka sentrifuge sewaktu masih berputar
k Menutup ujung tabung penggumpal darah dengan kertas atau kain, atau jauhkan dari muka sewaktu membuka.
l. Bersihkan semua peralatan bekas pakai dengan desinfektan larutan klorin 0,5% dengan cara merendam selama 20-30 menit.
m. Bersihkan permukaan tempat bekerja atau meja kerja setiap kali selesai bekerja menggunakan larutan klorin 0,5%.
n. Memakai sarung tangan sewaktu membersihkan alat-alat laboratorium dari bahan gelas.
o. Gunakan tempat antitembus dan antibocor untuk menempatkan bahan-bahan yang tajam.
p. Letakkan bahan-bahan limbah infeksi di dalam kantong plastik atau wadah dengan penutup yang tepat.
q. Mencuci tangan dengan sabun dan beri desinfektan setiap kali selesai bekerja.
Kecelakaan kerja dapat terjadi di mana saja, termasuk saat bekerja di laboratorium. Apabila terjadi kecelakaan kerja, lakukan pertolongan pertama untuk menghindari akibat yang lebih fatal. Pertolongan pertama ini bersifat sementara sehingga korban harus segera dibawa ke tempat pelayanan kesehatan, misalnya puskesmas atau rumah sakit. Tujuan pertolongan pertama untuk mencegah meluasnya kecelakaan kerja dan mengurangi tingkat kerusakan atau risiko kecelakaan kerja yang lebih besar. Beberapa jenis kecelakaan yang dapat terjadi saat bekerja di laboratorium serta cara penanganannya sebagai berikut.
a. Terbakar
Apabila ada bagian tubuh yang terbakar, segera olesi dengan salep untuk luka bakar. Jika tidak ada, luka bakar dapat diolesi dengan lendir tanaman lidah buaya untuk pertolongan pertama. Lendir tanaman lidah buaya bersifat mendinginkan dan mengandung bahan antibiotik alami sehingga dapat mencegah terjadinya infeksi.
b. Iritasi Mata
Jika mata terkena bahan kimia, cuci mata dengan air sebanyak-banyaknya. Jika bahan kimia tersebut bersifat asam, gunakan cairan pencuci mata dan 1% natrium bikarbonat. Jika mata terkena bahan kimia bersifat basa, gunakan cairan pencuci mata dan 1% asam borat. Jika mata terkena benda asing yang sukar dikeluarkan, tutuplah mata dengan kapas dan segera periksakan ke dokter.
c. Luka Sobek
Luka kecil dapat diolesi dengan antikuman, lalu dibalut dengan kasa steril. Namun, jika lukanya dalam, ambillah kapas dan tekan pada luka untuk mengurangi pendarahan. Posisikan daerah luka lebih tinggi dari bagian tubuh lain dan segera bawa ke dokter untuk mendapatkan pengobatan.
d. Keracunan Bahan Kimia Melalui Mulut
Jika ada bahan kimia yang bersifat asam tertelan melalui mulut, minumlah air kapur encer, lalu minum air sebanyak-banyaknya. Jangan minum obat yang menyebabkan muntah. Jika larutan basa yang terminum, segera minum cuka encer dan minum banyak air. Minum susu juga merupakan cara lain yang dapat menetralisir bahan kimia yang masuk ke tubuh Dengan demikian, dampak buruk bahan kimia bagi tubuh akan segera berkurang.
e. Keracunan Bahan Kimia Melalui Pernapasan
Pindahkan penderita keluar ruangan sambil mengendurkan semua pakaian yang mengganggu pernapasan, Jika penderita pingsan, berilah bau-bauan yang menyengat agar lekas siuman. Pernapasan buatan dapat juga diberikan agar penderita segera sadar.
Banyak kasus kecelakaan kerja di laboratorium terjadi akibat perilaku siswa yang memiliki tingkat kesadaran rendah. Banyak bercanda, tidak fokus atau konsentrasi, kurang perhatian terhadap prosedur kerja, merupakan beberapa faktor yang sering menjadi penyebab terjadinya kecelakaan kerja.
0 Comments