PK Biologi XI - Semester 1 - Makanan dan Sistem Pencernaan Makanan - Bagian 5

PK Biologi XI - Semester 1 - Makanan dan Sistem Pencernaan Makanan - Bagian 5

BIOLOGI SMA/MA

Kelas XI Semester I




BAB 6
Makanan dan Sistem Pencernaan Makanan


Pendalam Materi

Mengamati Sistem Pencernaan pada Manusia



X. Gangguan Sistem Pencernaan Makanan


Gangguan sistem pencernaan makanan dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain pola makan yang salah, program diet yang ekstrim, bulimia (memuntahkan makanan dengan sengaja), gaya hidup, serta mengonsumsi makanan yang mengandung zat aditif berbahaya, makanan yang tidak bernutrisi, makanan yang tidak higienis, atau makanan dengan proses pemasakan dan penyimpanan yang salah.


Gangguan sistem pencernaan makanan antara lain sebagai berikut.


•Sariawan (stomatitis aftosa) adalah luka pada mulut yang berbentuk bercak berwarna putih kekuningan dengan permukaan agak cekung, dapat disebabkan oleh luka tergigit, mengonsumsi makanan/minuman panas, alergi, kekurangan vitamin C dan zat besi, kebersihan mulut tidak terjaga, kelainan pencernaan, faktor psikologis, atau kondisi tubuh yang kurang baik.


•Muntah (emesis/vomitus) adalah pengeluaran paksa isi lambung dan keluar melalui mulut.


•Muntah psikogenik adalah muntah akibat faktor emosi, termasuk yang menyertai pemandangan atau bau yang memualkan atau pada situasi stres lainnya.


•Konstipasi (sembelit) dan obstipasi (konstipasi parah) adalah pengerasan tinja yang berlebihan sehingga sulit buang air besar, Hal tersebut dapat disebabkan oleh makanan yang kurang berserat (buah dan sayuran) atau defekasi yang ditunda terlalu lama.


•Gastritis (radang lambung) adalah peradangan pada lambung yang menyebabkan sakit, mulas, dan perih. Gastritis dapat disebabkan oleh asam lambung yang berlebihan, makan tidak teratur, mikroorganisme, mengonsumsi obat-obatan tertentu, alkohol, pola tidur yang tidak teratur, dan stres


•Diare adalah gangguan berupa feses berubah menjadi lembek atau cair yang biasanya terjadi paling sedikit tiga kali dalam 24 jam. Diare dapat disebabkan oleh mikroorganisme, alergi (fruktosa dan laktosa), kelebihan vitamin C, atau mengonsumsi alkohol dan buah-buahan tertentu.


•Flatus adalah keluarnya gas dalam saluran pencernaan melalui anus. Gas berasal dari udara yang tertelan atau hasil produksi dari bakteri di saluran pencernaan/kolon berupa gas hidrogen dan metana akibat banyak mengonsumsi gula dan polisakarida.


•Pankreasitis adalah radang kelenjar pankreas yang dapat disebabkan oleh batu empedu dan konsumsi alkohol yang berlebihan.


•Apendisitiss adalah peradangan apendiks (umbai cacing akibat penyumbatan oleh bahan tinja yang mengeras dan tersangkut di dalam apendiks yang berakibat pembengkakan dan terisi pus (nanah) atau jaringan mati. Jika tidak diangkat dengan pembedahan, apendiks akan pecah dan menumpahkan isinya yang mengandung kuman.


•Malnutrisi adalah keadaaan yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara pengambilan makanan dengan kebutuhan gizi. Malnutrisi yang berlangsung lama dapat mengakibatkan penyakit, seperti kwashiorkor dan marasmus.


•Malabsorpsi adalah penyerapan nutrisi yang buruk dari saluran pencernaan ke dalam aliran darah sehingga menyebabkan kekurangan gizi.


•Parositis (gondongan/mumps) adalah suatu penyakit menular yang menyebabkan pembengkakan kelenjar ludah (kelenjar parotid) pada leher bagian atas atau pipi bagian bawah dan disebabkan oleh virus Paramyxovirus.


•Peritonitis adalah peradangan pada peritoneum (jaringan tipis yang melapisi organ-organ yang terletak di dalam rongga perut). Peradangan dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur, virus, bahan kimia iritan, dan benda asing.


•Kolik abdomen adalah gangguan aliran normal isi usus di sepanjang traktus intestinal yang ditandai dengan kram dan nyeri hebat pada perut yang mungkin disertai dengan mual dan muntah. Kolik abdomen biasanya disebabkan oleh peradangan.


•Ulkus peptikum adalah luka (peradangan kronis) pada lapisan lambung dekat duodenum (bagian teratas dari usus halus) yang disebabkan oleh infeksi bakteri Helicobacter pylori.


•Gastroenteritiss (flu perut) adalah peradangan pada saluran pencernaan lambung dan usus halus yang mengakibatkan kombinasi diare, muntah, dan kejang perut. Gastroenteritis disebabkan oleh virus atau bakteri.


•Xerostomia adalah gejala mulut kering akibat berkurangnya produksi ludah. Berkurangnya produksi ludah terjadi akibat adanya gangguan saraf pusat, saraf kelenjar ludah, dan perubahan elektrolit ludah. Xerostomia dapat disebabkan oleh tumor otak, radang selaput otak, obat-obatan tertentu, penyakit ginjal dan kencing manis, rasa takut/cemas, serta depresi.


•Karies gigi adalah penyakit infeksi yang merusak struktur gigi schingga gigi menjadi berlubang. Karies gigi dapat disebabkan oleh bakteri penghasil asam.


•Hepatitis adalah penyakit peradangan hati yang dapat disebabkan oleh infeksi virus, keracunan alkohol, karbon tetraklorida, atau obat penenang tertentu.



XI. Teknologi Sistem Pencernaan Makanan


Peralatan untuk memeriksa dan menangani gangguan sistem pencernaan makanan, yaitu sebagai berikut.


1. Feeding tube adalah alat berupa selang untuk memberi makan pasien melalui hidung.

2. Stomach tube adalah alat berbentuk selang yang digunakan untuk mencuci perut, memberi obat-obatan, atau untuk mengambil getah lambung.

3. Rectal tube adalah alat untuk membersihkan atau mengeluarkan gas-gas dalam rektum.

4. Endoskop adalah perangkat alat berupa selang panjang fleksibel yang dilengkapi dengan kamera dan alat-alat medis lainnya yang terhubung dengan layar komputer. Alat ini dimasukkan ke dalam tubuh untuk keperluan diagnosis, mengambil jaringan, pemberian obat, serta untuk memasukkan atau mengisap cairan. Sesuai dengan kegunaannya, endoskop dapat dibedakan menjadi beberapa macam, antara lain sebagai berikut.


•Gastroscope adalah endoskop khusus untuk memeriksa bagian organ dalam perut.

•Sigmoidoscope digunakan untuk memeriksa rongga belokan berbentuk S antara rektum dengan kolon yang menurun.

•Duodenoscope digunakan untuk memeriksa bagian duodenum (usus dua belas jari).

•Colonoscope digunakan untuk memeriksa bagian kolon (usus besar).

•Anoscope digunakan untuk memeriksa rongga saluran antara anus dan rektum (anorektal).

•Protoscope digunakan untuk memeriksa bagian anul dubur.



XII. Sistem Pencernaan Makanan pada Hewan Ruminansia


Hewan ruminansia (subordo Ruminantia) adalah kelompok hewan herbivora (pemakan rumput/daun-daunan) yang memamah biak, yaitu menelan bahan mentah, kemudian mengeluarkan makanan yang sudah setengah dicerna dari perutnya untuk dikunyah lagi. Contohnya, sapi, kerbau, kambing, zarafah, bison, rusa kancil, dan antelop. Sistem pencernaan pada hewan ruminansia berbeda dengan sistem pencernaan pada manusia, terutama pada rumus susunan gigi, tipe lambung, dan jenis mikroorganisme yang membantu proses pencernaannya.


A. Alat Pencernaan Makanan pada Hewan Ruminansia


Sistem pencernaan hewan ruminansia terdiri atas mulut. esofagus, lambung tipe poligastrik (rumen, retikulum, omasum, dan abomasum), usus halus, usus besar (kolon), rektum, dan anus.


Di dalam mulut, terdapat gigi seri yang berfungsi untuk menjepit rumput dan gigi geraham untuk memotong/memecah rumput. Ruminansia tidak memiliki gigi taring. Di antara gigi seri dengan gigi geraham, terdapat celah yang disebut diastema. Gerakan rahang menyamping untuk menggiling makanan. Lambung terbagi menjadi empat bagian, yaitu rumen (perut besar, menampung 80% dari total makanan), retikulum (perut jala, berisi 5% makanan), omasum (perut kitab, berisi 7-8% makanan), dan abomasum (perut masam, berisi 7-8% makanan).


Usus hewan herbivor lebih panjang dibandingkan dengan usus karnivor, yaitu dapat mencapai 40 meter. Sekum (usus buntu) berukuran besar karena volume makanannya banyak, proses pencernaannya berat, dan berlangsung lebih lama.

Rumus gigi pada hewan ruminansia, yaitu sebagai berikut.


Keterangan:

I = Insisivus (gigi seri)

C = Caninus (gigi taring

P = Premolar (gigi geraham depan berganti)

M = Molar (gigi geraham belakang tetap)


B. Proses Pencernaan Makanan pada Hewan Ruminansia


Mekanisme proses pencernaan ruminansia secara berurutan adalah sebagai berikut.


1. Pada awalnya, makanan dicerna secara mekanis oleh mulut. Dari mulut melewati kerongkongan (esofagus), makanan masuk ke dalam rumen yang merupakan tempat penyimpanan sementara

2. Di rumen, terjadi pencernaan protein, polisakarida, dan fermentasi selulosa oleh enzim selulase yang dihasilkan oleh bakteri anaerob dan protozoa tertentu. Dari rumen, makanan diteruskan ke retikulum.

3. Di dalam retikulum, makanan dibentuk menjadi gumpalan-gumpalan yang masih kasar, disebut bolus.

4. Pada saat hewan istirahat, bolus tersebut akan dimuntahkan kembali ke dalam mulut untuk dikunyah kembali.

5. Dari mulut, makanan yang sudah halus ditelan kembali menuju omasum. Di omasum, makanan dicampur dengan enzim, selanjutnya menuju ke abomasum.

6. Di abomasum, masih terjadi pencernaan secara kimiawi oleh enzim selulase. Selulosa diubah menjadi asam lemak dan menghasilkan biogas berupa metana (CH). Namun, di abomasum pH sangat rendah (asam) sehingga bakteri akan mati. Bakteri yang mati tersebut dicerna dan menjadi sumber protein sehingga ruminansia tidak memerlukan asam amino esensial seperti pada manusia.

7. Dari abomasum, makanan menuju ke usus halus. Di usus halus, asam lambung dinetralisasi, makanan bercampur dengan enzim-enzim yang berasal dari hati dan pankreas sehingga karbohidrat, protein, lemak, dan vitamin akan mudah dicerna dan diserap. Penyerapan zat-zat makanan sebagian besar terjadi di duodenum melalui vili (jonjot usus).

8. Makanan yang tidak dapat dicerna masuk ke dalam sekum (usus buntu) dan difermentasikan oleh bakteri.

9. Sisa-sisa pencernaan menuju ke usus besar untuk selanjutnya dibuang melalui anus. Sebagian bakteri kemungkinan terbawa keluar bersama feses sehingga bahan organik dalam feses akan diuraikan dan menghasilkan gas CH, (biogas yang dapar dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif).









Post a Comment

0 Comments