PK Biologi XI - Semester 1 - Sistem Koordinasi - Bagian 4

PK Biologi XI - Semester 1 - Sistem Koordinasi - Bagian 4

BIOLOGI SMA/MA

Kelas XI Semester I




BAB 9
Sistem Koordinasi


Pendalam Materi

Mengamati Pancaindra dan Fungsinya


D. Indra Pendengar (Telinga)


Telinga berfungsi sebagai indra pendengar yang mampu mendeteksi gelombang bunyi/suara serta berperan penting dalam keseimbangan dan menentukan posisi tubuh.


1. Struktur Telinga


Telinga terdiri atas tiga bagian, yaitu bagian luar, tengah, dan dalam


a. Telinga bagian luar meliputi bagian-bagian berikut.

•Pinna/aurikula, yaitu daun kartilago yang menangkap gelombang bunyi untuk diteruskan ke kanal auditori eksternal (meatus) yang panjangnya sekitar 2,5 cm hingga membran timpanum.

•Membran timpanum (gendang pendengar) merupakan perbatasan antara bagian luar dengan bagian tengah telinga yang berbentuk kerucut. Permukaan luar membran timpanum dilapisi oleh kulit, sedangkan permukaan sebelah dalam dilapisi oleh membran mukosa. Membran timpanum memiliki tegangan dan ketebalan yang sesuai untuk menggetarkan gelombang bunyi secara mekanis.


b. Telinga bagian tengah, rongga berisi udara yang terletak di dalam tulang temporal, meliputi bagian-bagian berikut.

•Tabung Eustachius (auditori) menghubungkan telinga tengah dengan faring dan berfungsi menyeimbangkan tekanan udara pada kedua sisi membran timpanum. Tabung ini biasanya tertutup, tetapi dapat terbuka saat menguap, mengunyah, dan menelan.

•Osikel auditori meliputi tiga tulang pendengaran yaitu maleus (martil), inkus (landasan), dan stapes (sanggurdi). Tulang pendengaran berfungsi mengarahkan getaran dari membran timpanum ke fenestra vestibuli (tingkap oval) yang membatasi telinga bagian tengah dengan bagian dalam.


c. Telinga bagian dalam terletak di dalam tulang temporal dan terdiri atas dua bagian, yaitu labirin tulang dan labirin membranosa.

•Labirin osea (labirin tulang) merupakan ruang berliku berisi cairan perilimfa (seperti cairan serebrospinalis). Labirin tulang terbagi menjadi tiga bagian, yaitu vestibula (mengandung reseptor keseimbangan tubuh), kanalis semisirkularis (tiga buah saluran setengah lingkaran), dan koklea (berbentuk seperti rumah siput yang mengandung reseptor pendengaran). Koklea terdiri atas tiga bagian, yaitu skala vestibuli (bagian atas), skala timpani (bagian bawah), dan bagian yang menghubungkan keduanya. Skala vestibuli dan skala timpani berisi cairan perilimfa. Skala vestibuli berhubungan dengan tulang sanggurdi melalui jendela berselaput, yaitu tingkap oval.

Skala timpani berhubungan dengan telinga bagian tengah melalui tingkap bulat. Di antara skala vestibuli dan skala timpani, terdapat skala media yang berisi cairan endolimfa. Skala media bagian atas dibatasi oleh membran vestibularis (Reissner) sedangkan bagian bawah dibatasi oleh membran basilaris. Di atas membran basilaris, terdapat organ corti yang terdiri atas reseptor sel-sel rambut dan sel-sel penunjang.

•Labirin membranosa, terletak di dalam labirin tulang, merupakan serangkaian tuba berongga dan berkantong yang berisi cairan endolimfa (seperti cairan interseluler). Labirin membranosa terdiri atas dua kantong, yaitu utrikulus dan sakulus yang dihubungkan oleh duktus endolimfa. Di dalam saluran setengah lingkaran, terdapat duktus semisirkular yang berisi cairan endolimfa. Duktus semisirkular, utrikulus, dan sakulus mengandung reseptor untuk keseimbangan (ekuilibrium).


1. Mekanisme Mendengar


Manusia mampu mendengar bunyi yang berada pada frekuensi 20-20.000 gelombang per detik. Mekanisme mendengar pada manusia adalah sebagai berikut:


Gelombang bunyi (getaran) ditangkap oleh daun kartilago telinga → menjalar ke kanal auditori eksternal (meatus) → membentuk getaran pada membran timpanum -> menjalar ke osikel auditori (maleus, inkus, dan stapes) → menuju ke fenestra vestibuli → terbentuk gelombang tekanan pada perilimfa skala vestibuli → menjalar ke skala timpani → menyebabkan getaran pada membran basilar → sel-sel rambut melengkung memicu impuls saraf → menjalar ke serabut saraf vestibulokoklear (CN VIII) → menjalar ke korteks auditori di otak bunyi diinterpretasikan


2. Peranan Telinga dalam Keseimbangan (Ekuilibrium)


Dalam menjaga keseimbangan tubuh, telinga berperan dalam ekuilibrium statis dan ekuilibrium dinamis.


•Ekuilibrium statis adalah kesadaran akan posisi kepala terhadap gaya gravitasi jika tubuh dalam keadaan diam. Reseptor yang berperan dalam ekuilibrium statis adalah makula yang terletak pada dinding utrikulus dan sakulus. Makula terdiri atas sel penunjang dan sel rambut. Kumpulan sel rambut tersebut menonjol, membentuk massa gelatin yang mengandung otolit (endapan kalsium). Ketika kepala berada pada posisi tegak lurus, otolit berada di bagian puncak sel rambut. Jika posisi kepala miring, gaya gravitasi mengubah arah otolit dan melengkungkan sel-sel rambut yang mengakibatkan aktivasi sel-sel reseptor. Aktivasi sel-sel reseptor selanjutnya ditransmisi ke saraf vestibulokoklear (CN VIII),

•Ekuilibrium dinamis adalah kesadaran akan posisi kepala saat merespons gerakan. Reseptor yang berperan dalam ekuilibrium dinamis adalah ampula yang terletak pada duktus semisirkular. Ampula tersebut berisi krista. Krista terdiri atas sel penunjang dan sel rambut yang menonjol membentuk lapisan gelatin kupula.


3. Gangguan Indra Pendengar


•Tuli (tuna rungu), yaitu penurunan atau ketidakmampuan seseorang untuk mendengarkan suara. Tuli konduktif terjadi akibat gangguan transmisi suara ke koklea. Tuli saraf terjadi akibat kerusakan organ Corti, saraf CN VIII, atau korteks otak.

•Furunkulosis, yaitu munculnya bisul pada meatus (liang telinga).

•Otitis media, yaitu infeksi telinga tengah yang dapat terjadi setelah terserang flu, sinusitis, campak, atau infeksi bakteri.

•Mastoiditis, yaitu infeksi yang menyebabkan sel sel tulang mastoid berongga.


E. Indra Peraba (Kulit)


Kulit sebagai indra peraba memiliki beberapa reseptor sensor untuk mentransduksi stimulus dari lingkungan menjadi impuls saraf. Reseptor sensor pada kulit, yaitu sebagai berikut.

•Korpuskula Pacini mendeteksi tekanan yang dalam (kuat) dan getaran. Reseptor ini terdapat di jaringan subkutan, berbentuk bulat atau lonjong, memiliki panjang 2 mm, serta berdiameter 0,5-1 mm. Korpuskula Pacini terdapat pada jari, telapak tangan, dan kaki.

•Korpuskula Meissner mendeteksi rangsangan berupa sentuhan. Reseptor ini terdapat pada papila dermis, terutama pada ujung jari, bibir, papila mamae, dan genitalia luar. Korpuskula Meissner berbentuk silindris, dengan panjang 80 mikron dan lebar 40 mikron.

•Cakram Merkel mendeteksi sentuhan dan sebagai reseptor raba yang beradaptasi lambat, misalnya ketika seseorang memegang pena. Reseptor ini dapat ditemukan pada kulit yang tidak berambut (misalnya, pada ujung jari) dan di antara folikel rambut pada epidermis.

•Korpuskula Ruffini berperan sebagai reseptor tekanan dan tegangan di sekitar jaringan ikat. Korpuskula Ruffini terdapat di bagian dermis.

•Ujung bulbus Krause mendeteksi tekanan sentuhan, kesadaran posisi, dan gerakan. Reseptor ini berbentuk bulat dengan diameter 50 mikron. Ujung bulbus Krause terdapat di bibir dan genitalia luar serta bagian dermis yang berhubungan dengan rambut.

•Ujung saraf bebas (tidak memiliki lapisan seluler) mendeteksi rasa nyeri, sentuhan ringan, dan suhu (panas/dingin). Ujung saraf bebas terdapat menyebar di jaringan tubuh dan merupakan reseptor sensor utama pada kulit.



IV. Pengaruh NAPZA terhadap Sistem Koordinasi


A. Pengertian NAPZA


NAPZA adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya. NAPZA merupakan zat-zat yang jika dikonsumsi akan memengaruhi sistem saraf pusat sehingga dapat mengubah perasaan dan cara berpikir orang yang menggunakannya. Pengertian dari setiap istilah pada NAPZA adalah sebagai berikut.


•Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman (sintesis atau semisintesis) yang menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, dapat mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.

•Psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintetis, bukan narkotika, dan berperan sebagai psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan pada aktivitas normal dan perilaku.

•Zat adiktif adalah zat atau obat yang dapat menyebabkan ketagihan (adiksi).


B. Jenis NAPZA


Berdasarkan sifat pengaruhnya terhadap sistem koordinasi, NAPZA dibagi menjadi tiga golongan, yaitu stimulan, depresan, dan halusinogen.


1. Golongan stimulan dapat merangsang sistem saraf pusat dan menyebabkan organ tubuh (seperti, jantung dan otak) bekerja lebih cepat sehingga mengakibatkan penggunanya lebih bertenaga serta cenderung lebih senang dan gembira untuk sementara waktu. Senyawa yang termasuk golongan stimulan, yaitu sebagai berikut.


•Amfetamin (amphetamine) meliputi dextroamphetamin, metamphetaminc/sabu-sabu, ritalin, dan dexedrine. Amfetamin memberi efek tidak cepat lelah, merasa bersemangat, menurunkan nafsu makan (tidak lapar), sulit tidur, perasaan mudah tersinggung, gugup, keringat dingin, dan hipertensi. Penggunaan terus-menerus menyebabkan kecanduan dan mematikan.

•Ekstasi (ecstasy) mendorong tubuh untuk melakukan aktivitas yang melampaui batas maksimum dari kekuatan tubuh. Ekstasi dapat menyebabkan diare, rasa haus yang berlebihan, hiperaktif, sakit kepala dan pusing, menggigil. detak jantung lebih cepat, mual, muntah-muntah, hilang nafsu makan, gelisah, pucat, berkeringat, dehidrasi, kecanduan, saraf otak terganggu, gangguan hati, serta tulang dan gigi keropos.

•Kokain (crack, coke) dapat memicu metabolisme sel, menimbulkan efek adiksi yang sangat kuat, dan mengakibatkan tingkat kematian yang tinggi.

•Kafein terdapat dalam biji kopi, daun teh, buah kola, dan guarana. Kafein merupakan obat perangsang sistem saraf yang dapat menghilangkan kantuk untuk sementara, meningkatkan denyut jantung, dan hipertensi.

•Alkohol (dalam jumlah sedikit) merupakan minuman hasil fermentasi buah-buahan, sayur-sayuran, dan biji bijian.


2. Golongan depresan (penenang) menekan/mengurangi kerja sistem saraf sehingga menyebabkan aktivitas pemakainya menjadi lambat atau tertidur. Senyawa yang termasuk golongan depresan, yaitu sebagai berikut.


•Opiat meliputi opium, morfin, heroin, kodoin, dan metadon. Opiat dapat menimbulkan perasaan "high" untuk sesaat, lalu nyaman dan tenang (seperti, mengantuk). Opiat menyebabkan kematian jika overdosis (OD).

•Barbiturat meliputi berbagai macam obat penenang dan obat tidur. Contohnya, valium, lexotan, mandrax, rohypnol, luminal, dan librium. Barbiturat memberi efek mengantuk sampai tertidur, bergantung pada dosisnya.

•Alkohol (dalam jumlah yang banyak) menyebabkan pandangan menjadi kabur, bicara tidak jelas, pusing hingga tidak sadarkan diri, menghambat kemampuan mental, dan menurunkan daya ingat.

•Ganja digunakan sebagai pereda rasa sakit (misalnya, pada penderita kanker) di bidang kedokteran. Penyalahgunaan ganja dalam jumlah banyak menyebabkan denyut nadi meningkat, gangguan keseimbangan dan koordinasi tubuh, kehilangan konsentrasi, ketakutan, mudah panik, kebingungan, mengantuk, menurunkan jumlah sperma pada laki-laki dan siklus menstruasi menjadi tidak teratur pada wanita, ketergantungan, serta kecanduan.


3. Golongan halusinogen bersifat mengacaukan sistem saraf pusat, memberikan pengaruh halusinasi (melihat suatu hal/ benda yang sebenarnya tidak ada) yang berlebihan, dan lama-kelamaan membuat perasaan khawatir yang berlebihan (paranoid). Contohnya, ganja (dalam jumlah yang sedikit), bunga kecubung, lem, bensin, dan jamur kotoran sapi (contohnya, Panaeolus cyanesce-ns yang mengandung zat psilosibin dan psilosin).


C. Dampak Buruk Penyalahgunaan NAPZA


1. Gangguan fisik (fisioneurologik)

•Toleransi tubuh, dalam pemakaian jangka panjang, jumlah zat yang sama tidak mampu menghasilkan rasa atau akibat yang sama.

•Gejala pemberhentian pemakaian obat adalah rasa sakit di sekujur tubuh seperti flu berat.

•Mempercepat atau memperlambat denyut nadi, jantung, dan paru-paru yang dapat mengakibatkan kematian.


2. Psikologis

•Kemampuan berpikir rasional menurun drastis.

•Ketergantungan psikologis.

•Gangguan mental dan emosional.


3. Ekonomi

•Membutuhkan uang yang sangat besar untuk memenuhi ketergantungan terhadap obat-obatan.

•Negara dan masyarakat dirugikan dalam berbagai aspek, seperti keamanan, biaya kesehatan, dan kesempatan pendidikan.


4. Sosial

•Rusaknya hubungan kekeluargaan dan pertemanan.

•Berpengaruh pada kesehatan masyarakat (penularan HIV, hepatitis B, tuberkulosis, overdosis, dan kematian).


D. Kiat-kiat Menghindari Penyalahgunaan NAPZA


•Tidak mencoba-coba menggunakan obat-obatan terlarang.

•Meyakinkan diri tidak membutuhkan NAPZA dalam menghadapi persoalan hidup.

•Membatasi pergaulan dengan kelompok pengguna NAPZA.








Post a Comment

0 Comments