BIOLOGI SMA/MA
Kelas XI Semester I
Mengamati Peristiwa yang Terjadi di Masyarakat
III. Program dan Jenis Imunisasi
Program imunisasi adalah kegiatan pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit tertentu. Seseorang yang kebal (resisten) terhadap suatu penyakit, belum tentu kebal terhadap penyakit lainnya. Program imunisasi bertujuan untuk menurunkan angka terjadinya wabah dan kematian akibat penyakit infeksi yang dapat dicegah dengan imunisasi. Imunisasi biasanya dilakukan dengan cara memasukkan vaksin (misalnya, virus atau bakteri yang sudah dilemahkan) ke dalam tubuh melalui suntikan atau tetesan melalui mulut.
Jenis-jenis imunisasi, antara lain sebagai berikut.
1. Imunisasi BCG (bacillus calmette-guérin) dilakukan untuk mencegah penyakit tuberkulosis (TBC). Jenis imunisasi ini diberikan kepada bayi yang baru lahir sampai usia kurang dari dua bulan
2. Imunisasi hepatitis B dilakukan untuk mencegah penyakit hepatitis B infeksi organ hati). Vaksin ini diberikan sebanyak tiga kali, yaitu 12 jam setelah lahir, saat bayi berumur satu bulan, dan 3-6 bulan.
3. Imunisasi polio dilakukan untuk mencegah penyakit poliomielitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan. Imunisasi polio di Indonesia dilakukan dengan cara meneteskan dua tetes vaksin sabin ke mulut sebanyak empat kali, yaitu saat kunjungan pertama setelah bayi lahir, usia dua bulan, empat bulan, dan enam bulan. Pemberian vaksin ini diulang pada usia 18 bulan dan lima tahun.
4. Imunisasi DPT dilakukan untuk mencegah tiga macam penyakit sekaligus, yaitu difteri, pertusis (batuk rejan), dan tetanus. Vaksin diberikan saat bayi berusia lebih dari enam minggu, empat bulan, dan enam bulan. Pemberian vaksin diulang pada usia 18 bulan, 5 tahun, dan usia 12 tahun dengan vaksin DT (difteri tetanus) atau TT (tetanus toksoid) melalui program BIAS (bulan imunisasi anak sekolah) SD kelas VI.
5. Imunisasi campak diberikan pertama kali saat anak berusia 9 bulan. Vaksin campak kedua diberikan saat anak berusia enam tahun melalui program BIAS SD kelas I.
6. Imunisasi Hib (haemophilus influenzae tipe B) dilakukan untuk mencegah penyakit meningitis (radang selaput otak). Vaksin Hib diberikan mulai dari usia dua bulan dengan jarak pemberian dari vaksin pertama ke vaksin berikutnya, yaitu dua bulan.
7. Imunisasi MMR (measles, mumps, dan rubella) dilakukan untuk mencegah penyakit campak (measles), gondongan (mumps), dan campak Jerman (rubella). Vaksin dapat diberikan pada anak usia 12 bulan apabila belum mendapatkan imunisasi campak ketika berusia 9 bulan. Imunisasi diulang saat anak berusia enam tahun.
8. Imunisasi hepatitis A dilakukan untuk mencegah penyakit hepatitis A yang menyerang organ hati. Vaksin dapat diberikan pada anak berusia di atas dua tahun dan diberikan sebanyak dua kali dengan interval 6-12 bulan.
9. Imunisasi tifoid dilakukan untuk mencegah penyakit demam tifoid (tifus). Vaksin dapat diberikan pada anak berusia di atas dua tahun. Pemberian vaksin dapat diulang setiap tiga tahun.
10. Imunisasi PCV (pneumococcal vaccine) dilakukan untuk mencegah penyakit radang selaput otak, infeksi darah, dan radang paru-paru. Vaksin dapat diberikan pada anak berusia dua bulan, empat bulan, dan enam bulan. Pemberian vaksin ke-4 dilakukan saat anak berusia 12-15 bulan atau setelah berusia dua tahun.
11. Imunisasi varisela dilakukan untuk mencegah penyakit cacar air. Vaksin dapat diberikan hanya satu kali pada anak berusia 12 tahun. Namun, jika anak sudah berusia di atas 12 tahun, vaksin diberikan dua kali dengan interval 1-2 bulan.
12. Imunisasi influenza dilakukan untuk mengurangi risiko terkena penyakit flu. Imunisasi influenza dapat dilakukan setiap tahun karena vaksin berubah dari tahun ke tahun mengingat virus influenza bermutasi sangat cepat. Pemberian vaksin dilakukan melalui suntikan atau semprotan ke hidung (nasal spray).
IV. Faktor yang Memengaruhi Sistem Pertahanan Tubuh
Beberapa faktor yang memengaruhi sistem pertahanan tubuh, yaitu sebagai berikut.
•Genetik (keturunan), yaitu kerentanan terhadap penyakit secara genetik. Contohnya, seseorang dengan riwayat keluarga diabetes melitus akan berisiko menderita penyakit tersebut dalam hidupnya. Penyakit lain yang dipengaruhi oleh genetik, yaitu kanker, alergi, penyakit jantung, penyakit ginjal, atau penyakit mental.
•Fisiologis melibatkan fungsi organ-organ tubuh. Contohnya, berat badan yang berlebihan dapat menyebabkan sirkulasi darah kurang lancar sehingga meningkatkan kerentanan terhadap penyakit.
•Stres dapat memengaruhi sistem kekebalan tubuh karena melepaskan hormon, seperti neuroendokrin, glukokortikoid. dan katekolamin. Stres kronis dapat menurunkan jumlah sel darah putih dan berdampak buruk pada produksi antibodi.
•Usia dapat meningkatkan atau menurunkan kerentanan terhadap penyakit tertentu. Contohnya, bayi yang lahir secara prematur lebih rentan terhadap infeksi daripada bayi yang lahir normal. Pada usia 45 tahun atau lebih, risiko timbulnya penyakit kanker meningkat.
•Hormon bergantung pada jenis kelamin. Wanita memproduksi hormon estrogen yang meningkatkan sintesis IgG dan IgA sehingga menjadi lebih kebal terhadap infeksi daripada pria. Sementara itu, pria memproduksi androgen yang bersifat memperkecil risiko penyakit autoimun, sehingga penyakit autoimun lebih sering dijumpai pada wanita.
•Olahraga jika dilakukan secara teratur, akan membantu meningkatkan aliran darah dan membersihkan tubuh dari racun. Namun, olahraga yang berlebihan meningkatkan kebutuhan suplai oksigen sehingga memicu timbulnya radikal bebas yang dapat merusak sel-sel tubuh.
•Tidurr jika kurang dari cukup, akan menyebabkan perubahan pada jaringan sitokin yang dapat menurunkan imunitas seluler, sehingga kekebalan tubuh menjadi melemah.
•Nutrisi, seperti vitamin dan mineral, diperlukan dalam pengaturan sistem imunitas. DHA (docosahexaenoic acid dan asam arakidonat memengaruhi maturasi (pematangan) sel T. Protein diperlukan dalam pembentukan imunoglobulin dan komplemen. Namun, kadar kolesterol yang tinggi dapat memperlambat proses penghancuran bakteri oleh makrofag.
•Pajanan zat berbahaya, contohnya bahan radioaktif, pestisida, rokok, minuman beralkohol, dan bahan pembersih kimia, mengandung zat-zat yang dapat menurunkan imunitas.
•Racun tubuh atau sisa metabolisme jika tidak berhasil dikeluarkan dari tubuh, akan mengganggu kerja sistem imunitas.
•Penggunaan obat-obatan, terutama penggunaan antibiotik yang berlebihan atau teratur, menyebabkan bakteri lebih resisten sehingga ketika bakteri menyerang lagi, sistem kekebalan tubuh akan gagal melawannya.
V. Gangguan Sistem Pertahanan Tubuh
Gangguan sistem pertahanan tubuh meliputi hipersensitivitas (alergi), penyakit autoimun, dan imunodefisiensi.
A. Hipersensitivitas (Alergi)
Hipersensitivitas adalah peningkatan sensitivitas atau reaktivitas terhadap antigen yang pernah dipajankan atau dikenal sebelumnya. Respons imunitas ini berlebihan dan tidak diinginkan karena menyebabkan ketidaknyamanan. Pada umumnya, terjadi pada beberapa orang saja dan tidak terlalu membahayakan tubuh. Antigen yang mendorong timbulnya alergi disebut alergen. Contoh alergen, yaitu spora kapang, serbuk sari, rambut hewan, kotoran serangga, karet lateks, obat-obatan, dan bahan makanan (telur, susu, kacang, udang, dan kerang).
Pajanan terhadap alergen akan membuat tubuh sensitif, sehingga pajanan berikutnya (pajanan berulang) mengakibatkan reaksi alergi. Gejala reaksi alergi, yaitu gatal-gatal, ruam (kemerahan di kulit), mata merah, kesulitan bernapas, kram berlebihan, serum sickness, dan Stevens Johnson syndrome (SJS).
B. Penyakit autoimun
Autoimun adalah kegagalan sistem imunitas untuk membedakan sel tubuh dengan sel asing sehingga sistem imunitas menyerang sel tubuh sendiri. Contohnya, artritis rematoid, penyakit Grave (hipertiroidism), anemia pernisiosa, penyakit Addison, systemic lupus erythematosus (SLE), diabetes mellitus tergantung insulin (DM tipe 1), dan multiple sclerosis (MS, penyakit neurologis kronis).
C. Imunodefisiensi
Imunodefisiensi adalah kondisi menurunnya keefektifan sistem imunitas atau ketidakmampuan sistem imunitas untuk merespons antigen.
•Defisiensi imun kongenital, yaitu keadaan tidak memiliki sel B maupun sel T sejak lahir. Penderita harus hidup dalam lingkungan steril.
•AIDS (acquired immunodeficiency syndrome) disebabkan oleh virus HIV (human immunodeficiency virus). Jumlah sel T penolong berkurang sehingga sistem imunitas melemah. Penderita rentan terhadap penyakit oportunistik (penyakit infeksi yang timbul saat daya tahan tubuh lemah dan biasanya tidak menyebabkan penyakit pada orang dengan sistem kekebalan tubuh normal, seperti infeksi Pneumocystis carinii), menderita sarkoma Kaposi (sejenis kanker kulit dan pembuluh darah), kerusakan neurologis, penurunan fisiologis, dan kematian. Angka kematian AIDS hampir 100%.
0 Comments