PK Biologi XI - Semester 1 - Sistem Ekskresi - Bagian 2

PK Biologi XI - Semester 1 - Sistem Ekskresi - Bagian 2

BIOLOGI SMA/MA

Kelas XI Semester I




BAB 8
Sistem Ekskresi


Pendalam Materi


Mengamati Sistem Ekskresi pada Manusia



B. Hati (Hepar)


Hati merupakan kelenjar terbesar yang terletak di dalam rongga perut sebelah kanan, tepatnya di atas lambung dan di bawah diafragma. Hati berfungsi sebagai alat ekskresi karena membantu fungsi ginjal dengan cara memecah beberapa senyawa yang bersifat racun (detoksifikasi) dan menghasilkan amonia, urea, serta asam urat yang akan diekresikan ke dalam urine.


Hati manusia memiliki berat sekitar 1,5-2,0 kg dan terdiri atas dua lobus besar yang dibatasi oleh jaringan ikat ligamen falsiformis, yaitu lobus kanan dan kiri. Lobus kanan terbagi lagi menjadi tiga lobus yang lebih kecil. Hati dibungkus oleh jaringan ikat padat kapsula hepatika. Setiap lobus terdiri atas sejumlah lobulus (unit hepar) yang berbentuk poligonal (limas segi lima atau segi enam) yang dipisahkan oleh percabangan dari kapsula hepatika, yang disebut kapsula glison. Sekitar 80% dari volume hati tersusun dari sel-sel parenkimal (hepatosit). Sisanya merupakan sel-sel nonparenkim (sekitar 6,5%), sel intrahepatik (sel oval), hepatosit duktular, dan sel-sel imun (sel-sel kekebalan tubuh).


1. Fungsi Hati


Sebagai kelenjar, hati berfungsi untuk menghasilkan hal-hal berikut.

•Empedu berupa cairan berwarna hijau, terasa pahit, berjumlah sekitar 0,5 liter setiap hari, serta berasal dari perombakan hemoglobin sel-sel darah merah yang sudah tua yang disimpan di dalam kantong empedu atau disekresikan ke duodenum. Sekresi empedu berfungsi untuk membantu pencernaan lemak dengan cara mengemulsikan lemak, mengaktifkan lipase, membantu absorpsi lemak di usus, dan mengubah zat yang tidak dapat larut di dalam air menjadi larut. Empedu mengandung kolesterol, garam empedu, lesitin, serta pigmen bilirubin dan biliverdin yang berwarna hijau kebiruan. Di dalam usus, pigmen tersebut akan mengalami oksidasi menjadi urobilin yang menyebabkan warna feses dan urine menjadi kekuningan. Apabila saluran empedu ke usus halus tersumbat oleh batu empedu, warna feses menjadi putih keabuan. Namun, apabila saluran empedu di hati yang tersumbat, zat empedu akan masuk ke peredaran darah sehingga kulit penderita menjadi kekuningan.

•Trombopoietin, yaitu hormon glikoprotein yang mengendalikan produksi keping darah oleh sumsum tulang belakang

    •Albumin merupakan komponen plasma darah.

•Angiotensinogen, yaitu hormon yang akan diaktifkan oleh enzim renin ginjal dan berperan dalam peningkatan tekanan darah.

•Enzim arginase berperan mengubah arginin menjadi ornitin dan urea.

•Enzim glutamat-oksaloasetat transferase, glutamat-piruvat transferase, dan laktat dehidrogenase.


Fungsi hati lainnya, yaitu sebagai berikut.

•Menyimpan glikogen, lemak, zat besi, zat tembaga, serta vitamin A, D, dan B12.

•Mengaktifkan vitamin D, yang dilakukan bersama-sama dengan ginjal.

•Fagosit bakteri yang dilakukan oleh makrofag sel Kupffer.

•Degradasi hormon insulin dan beberapa hormon lainnya.

•Degradasi amonia menjadi urea.


C. Paru-paru


Paru-paru selain sebagai organ pernapasan juga merupakan organ ekskresi karena mengeluarkan sisa metabolisme berupa CO, dan H,O yang berbentuk uap air. CO, dan H,O tersebut dihasilkan pada proses katabolisme respirasi intraseluler yang terjadi secara aerob (memerlukan O,) di dalam mitokondria, untuk menghasilkan energi berupa ATP (adenosin trifosfat). Pada respirasi intraseluler digunakan senyawa kompleks berupa karbohidrat, protein, atau lemak. Zat sisa CO, dan H,O dari sel-sel jaringan diangkut oleh darah menuju jantung, ke paru-paru, selanjutnya melalui saluran pernapasan dibuang keluar dari tubuh.


D. Kulit


Kulit merupakan organ terbesar yang menutupi area tubuh seluas sekitar 1,67 m? dan berat sekitar 4,5 kg pada laki-laki dengan berat badan 75 kg.


1. Fungsi Kulit


Kulit memiliki beberapa fungsi, yaitu sebagai berikut.

•Ekskresi, yaitu mengeluarkan lemak dan keringat yang mengandung air, garam, urea, serta ion-ion, seperti Na.

•Perlindungan, yaitu melindungi tubuh dari mikroorganisme, radiasi sinar matahari, iritasi kimia, dan gangguan mekanik.

•Pengaturan suhu badan oleh kelenjar keringat dan pembuluh darah.

•Metabolisme, yaitu menyintesis vitamin D dengan bantuan sinar matahari dan menyimpan lemak sebagai sumber energi cadangan.

•Komunikasi, yaitu penerimaan stimulus lingkungan oleh reseptor kulit, misalnya perubahan suhu, sentuhan, dan tekanan. Selain itu, kulit merupakan media ekspresi wajah yang penting untuk komunikasi.


2. Struktur Kulit


Kulit terdiri atas beberapa lapisan, yaitu epidermis, dermis, dan hipodermis (subkutaneus).


a. Epidermis adalah bagian terluar kulit yang tersusun dari sel sel epitel pipih (skuamosa) berlapis banyak dengan susunan yang sangat rapat, dan mengalami keratinasi. Keratin adalah protein keras, antiair, dan berfungsi melindungi permukaan kulit. Jaringan ini tidak memiliki pembuluh darah. Epidermis yang sangat tebal terdapat pada telapak kaki dan tangan.


Epidermis terdiri atas lima lapisan, yaitu sebagai berikut.

•Stratum korneum merupakan lapisan epidermis paling atas dan terdiri atas 25-30 lapisan sisik dari sel-sel yang tidak hidup. Lapisan ini akan diganti oleh sel-sel dari dasar ke atas setiap 15-30 hari.

•Stratum lusidum merupakan lapisan jernih dan transparan yang terdiri atas 4-7 lapisan sel-sel pipih tidak berinti yang mati atau hampir mati.

•Stratum granulosum terdiri atas 3-5 lapisan sel-sel bergranula keratohialin yang merupakan prekursor dalam pembentukan keratin.

•Stratum spinosum merupakan lapisan sel-sel spina (tanduk) yang memiliki tonjolan penghubung intraseluler (desmosom).

•Stratum basalis (germinativum) merupakan lapisan sel sel yang melekat pada jaringan ikat dari lapisan kulit di bawahnya (dermis). Pembelahan sel-sel ini berlangsung sangat cepat dan sel-sel baru didorong masuk ke lapisan berikutnya. Di bawah dan di antara sel-sel stratum basalis, terdapat melanosit yang menghasilkan pigmen melanin. Melanin berfungsi dalam pewarnaan kulit dan melindungi kulit dari bahaya radiasi sinar ultraviolet matahari. Produksi melanin akan meningkat jika kulit terpapar cahaya matahari.


b. Dermis dipisahkan oleh membran dasar (lamina) yang tersusun dari dua lapisan jaringan ikat.


•Lapisan papilar merupakan jaringan ikat areolar renggang dengan fibroblas, sel mast, dan makrofag. Papila kulit ada yang menyerupai jari menonjol ke dalam lapisan epidermis, mengandung banyak pembuluh darah, dan reseptor sensor taktil (sentuhan).

•Lapisan retikuler tersusun dari jaringan ikat ireguler yang rapat, kolagen, dan serat clastik. Sejalan dengan bertambahnya usia, deteriorasi (penurunan mutu) simpul kolagen dan serat elastik menyebabkan pengeriputan kulit.


c. Hipodermis (subkutaneus) merupakan lapisan yang mengikat kulit secara longgar dengan organ-organ yang terdapat di bawahnya. Lapisan ini banyak mengandung sel lemak, pembuluh darah, dan ujung saraf.


3. Kelenjar pada Kulit


a. Kelenjar keringat (sudorifera) terdapat di lapisan dermis. Kelenjar keringat dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu ekrin dan apokrin.


•Ekrin merupakan kelenjar keringat tubuler sederhana dan berpilin, tidak berhubungan dengan folikel rambut, serta tersebar meluas ke seluruh tubuh terutama pada dahi, telapak tangan, dan kaki. Sekresi keringar dari kelenjar ini mengandung air yang membantu pendinginan melalui penguapan untuk mempertahankan suhu tubuh.

•Apokrin merupakan kelenjar keringat yang besar dan bercabang dengan penyebaran yang terbatas pada bagian tubuh tertentu, misalnya pada aksila (ketiak), areola payudara, dan area genital. Sekresi dari kelenjar ini pada awalnya tidak berbau yang kemudian akan berbau karena bakteri.


b. Kelenjar sebascus mengeluarkan sebum yang biasanya dialirkan ke folikel rambut. Sebum adalah campuran lemak zat lilin, minyak, dan pecahan-pecahan sel. Sebum berfungsi sebagai pelembut kulit, bakterisida, dan sebagai pertahanan terhadap evaporasi.


4. Kulit sebagai Pengatur Panas (Termoregulasi)


Panas tubuh dihasilkan dari aktivitas metabolisme dan pergerakan otot. Panas dapat dikeluarkan atau dibuang melalui paru-paru, kulit, atau bersama feses dan urine.

Panas yang dikeluarkan oleh kulit dapat melalui beberapa cara, yaitu sebagai berikut.


•Pemancaran, yaitu panas dilepas ke udara di sekitarnya.

•Pengaliran (konveksi), yaitu mengalirnya udara yang telah panas karena menyentuh permukaan tubuh, kemudian digantikan oleh udara yang lebih dingin.

•Konduksi, yaitu panas dialihkan ke benda yang disentuh kulit, misalnya pakaian.

•Penguapan (evaporasi), yaitu panas dikeluarkan bersama keringat, kemudian keringat menguap. Keringat yang dikeluarkan dapat mencapai 2.000 mL per hari, bergantung pada kebutuhan tubuh dalam pengaturan suhu. Jika suhu lingkungan tinggi (panas), kelenjar keringat menjadi aktif dan pembuluh kapiler melebar sehingga memudahkan proses pembuangan air dan sisa metabolisme. Aktifnya kelenjar keringat mengakibatkan keluarnya keringat ke permukaan kulit melalui penguapan. Penguapan mengakibatkan suhu di permukaan kulit menjadi turun. Sebaliknya, jika suhu lingkungan rendah, kelenjar keringat tidak aktif dan pembuluh kapiler pada kulit menyempit, serta darah tidak membuang air dan sisa metabolisme. Akibatnya, penguapan sangat berkurang dan suhu tubuh tetap panas.


5. Kontrol Pengeluaran Keringat


Proses pengeluaran keringat diatur oleh hipotalamus di otak. Hipotalamus menghasilkan enzim bradikinin yang berfungsi sebagai vasodilator yang memengaruhi pelebaran pembuluh darah dan kelenjar keringat.


Jika darah yang melalui hipotalamus melebihi batas normal (panas), rangsangan suhu panas tersebut diteruskan oleh saraf simpatis ke kulit. Pembuluh darah berdilatasi (melebar), aliran darah ke permukaan kulit meningkat, sehingga terjadi konduksi panas di bagian permukaan dan membuang panas. Kelenjar keringat juga menjadi aktif untuk menyerap air, garam mineral, serta sedikit urea dari kapiler darah yang kemudian mengirimkannya ke permukaan kulit dalam bentuk keringat, sehingga evaporasi (penguapan) meningkat, dan suhu badan menurun.


Sebaliknya, jika darah yang melalui hipotalamus lebih rendah dari batas normal (dingin), pembuluh darah berkonstriksi (menyempit). Penyempitan ini akan mengurangi aliran darah ke permukaan kulit untuk mempertahankan suhu tubuh dan kelenjar keringat menjadi tidak aktif dalam pembentukan keringat.


Pengeluaran keringat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu suhu lingkungan, aktivitas tubuh, emosi, dan kondisi psikis, Seseorang yang bekerja keras dan terkena pancaran sinar matahari yang sangat terik akan mengeluarkan keringat yang banyak. Marah menyebabkan pembuluh darah melebar sehingga meningkatkan pengeluaran keringat. Rasa takut akan menyempitkan pembuluh darah schingga wajah tampak pucat dan pengeluaran keringat menjadi sedikit.



II. Gangguan Sistem Ekskresi



A. Gangguan Sistem Urinaria


1. Glikosuria (glukosuria) adalah ekskresi glukosa ke dalam urine sehingga menyebabkan dehidrasi karena banyak air yang akan terekskresi ke dalam urine.


2. Albuminuria adalah penyakit yang terjadi akibat ginjal tidak dapat melakukan proses penyaringan, khususnya penyaringan protein. Protein (albumin) yang tidak dapat disaring, akan keluar bersama urine. Albuminuria disebabkan oleh kerusakan pada glomerulus.


3. Batu ginjal adalah penyakit karena adanya pengendapan pada rongga ginjal atau kandung kemih. Endapan dapat berupa senyawa kalsium dan penumpukan asam urat. Kelainan metabolisme, sering menahan buang air kecil, dan kurang minum, dapat menjadi penyebab terbentuknya batu ginjal. Jika batu masih kecil, dapat diatasi dengan obat-obatan tertentu dan teknologi sinar laser penghancur batu ginjal. Namun, jika batu sudah membesar, harus diangkat melalui proses operasi.


4. Diabetes melitus (kencing manis), dibedakan menjadi dua jenis, yaitu sebagai berikut.


•Diabetes melitus tipe 1 (dimulai pada saat usia remaja) ditandai oleh kurangnya sekresi insulin akibat sel B pankreas tidak memproduksi atau sangat sedikit memproduksi insulin sehingga diperlukan insulin eksogen (insulin produk farmasi yang disuntikkan) untuk bertahan hidup. Jumlah penderita diabetes melitus tipe 1 sekitar 10% dari semua kasus diabetes melitus.

•Diabetes melitus tipe 2 (dimulai pada saat usia dewasa), yaitu sekresi insulin mungkin normal atau bahkan meningkat, tetapi terjadi penurunan kepekaan sel sasaran insulin, seperti sel otot rangka dan sel hati. Hal tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor genetik dan gaya hidup. Sekitar 90% pengidap diabetes melitus tipe 2 mengalami obesitas.


5. Diabetes insipidus adalah penyakit yang ditandai produksi urine berjumlah banyak dan encer, yang disertai dengan rasa haus. Pengeluaran urine sekitar 20 liter per hari (30 kali dari jumlah urine normal). Penderita disarankan banyak minum, agar tidak terjadi dehidrasi. Penyakit ini disebabkan oleh kekurangan hormon ADH (antidiuretic hormone).


6. Poliuria merupakan kelainan peningkatan frekuensi buang air kecil sebagai akibat dari kelebihan produksi air seni. Pada umumnya, disebabkan oleh polidipsia (rasa haus yang tidak berkesudahan) dan mengonsumsi cairan yang mengandung kafein, alkohol, atau bahan (obat-obatan) yang bersifat diuretik (mempercepat pembentukan urine).


7. Gagal ginjal (anuria) adalah kegagalan ginjal dalam memproduksi urine. Anuria dapat disebabkan oleh kerusakan glomerulus sehingga proses penyaringan tidak dapat dilakukan.


8. Uremia adalah keadaan toksik saat darah mengandung banyak urea karena kegagalan fungsi ginjal dalam membuang urea keluar dari tubuh.


9. Nefritis adalah radang nefron pada ginjal yang dapat disebabkan oleh infeksi bakteri Streptococcus sp. yang dapat masuk melalui saluran pernapasan dan peredaran darah hingga ke ginjal. Gejala nefritis adalah hematuria (darah dalam urine), proteinuria (protein dalam urine), edema (pengumpulan air terutama pada kaki), dan kerusakan fungsi hati.



B. Gangguan Hati


1. Penyakit hati (liver) paling sering disebabkan oleh infeksi virus, Amoeba penyebab disentri, cacing, plasmodium penyebab malaria, dan Toxoplasma sp.


2. Sirosis hati (circhasis) adalah berubahnya sel-sel hati menjadi jaringan ikat fibrosa, sehingga kehilangan fungsinya. Sim dapat disebabkan oleh minuman keras serta hepatitis B dan C


3. Hemokromatosis adalah kelainan secara genetik menyebabkan tubuh terlalu banyak menyerap zat besi d makanan sehingga zat besi banyak tersimpan di dalam organ-organ tertentu, seperti hati, jantung, dan pankreas, yang



C. Gangguan Kulit


1. Biang keringat (miliaria) adalah ruam berbentuk bintik. bintik merah yang gatal karena tersumbatnya pori-pori kelenjar keringat yang dapat disebabkan oleh sel-sel kulit mati atau bakteri. Biang keringat biasanya muncul saat udara panas dan lembap.


2. Hiperhidrosis adalah keluar keringat berlebihan yang terjadi pada seluruh badan atau bagian tubuh tertentu (misalnya, telapak tangan atau kaki). Hiperhidrosis disebabkan oleh suatu penyakit atau faktor psikis.


3. Anhidrosis adalah kulit tidak dapat berkeringat. Anhidrosis disebabkan oleh luka bakar, penyakit, pengaruh obat-obatan, atau kelenjar keringat yang tidak mampu berfungsi lagi.


4. Bromhidrosis adalah keringat berbau atau bau badan yang disebabkan oleh bakteri atau kelenjar keringat apokrin yang bekerja lebih aktif.


5. Eksem (dermatitis) adalah radang kulit yang hebat, terasa gatal, kulit dapat melepuh atau bergelembung kecil (vesikel) yang akhirnya pecah mengeluarkan cairan. Eksem disebabkan oleh faktor keturunan, stres dan emosi, atau kontak dengan senyawa alergenik (misalnya, logam, zat pewarna, kosmetik, parfum, debu, dan sabun).


6. Kadas atau kurap adalah bercak-bercak kemerahan pada kulit, terkadang berbentuk bundar dan jernih di bagian tengahnya. Kadas terjadi akibat infeksi jamur.


7. Kudis adalah gatal akibat infeksi tungau dan kutu air.


8. Athelete's foot adalah infeksi jamur di sela-sela jari kaki.


9. Vitiligo adalah gangguan pigmentasi sehingga kulit kehilangan melanin, tampak bercak-bercak putih yang bisa melebar pada kulit.


10. Jerawat adalah kulit yang meradang, pori-pori tersumbat. dan terkadang menimbulkan kantung nanah. Jerawat terjadi akibat infeksi bakteri, perubahan hormonal, atau kotoran.


11. Pruvitus kutanea adalah gatal yang dipicu oleh iritasi saraf sensoris perifer, dapat terjadi pada penderita kencing manis, penyakit kelenjar tiroid, dan hati.


12. Kalvus adalah penyakit mata ikan yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan gesekan secara terus-menerus, seperti pemakaian sepatu yang terlalu sempit.



lll. Teknologi Sistem Ekskresi



A. Hemodialisis (Cuci Darah)


Hemodialisis (hemo = darah, dialisis = pemisahan zat-zat terlarut) adalah proses pembersihan darah dari zat-zat sisa metabolisme melalui proses penyaringan di luar tubuh. Hemodialisis dilakukan untuk menolong penderita gagal ginjal. Hemodialisis menggunakan ginjal buatan berupa mesin dialiser yang berisi membran selektif permeabel dan cairan dialisat. Dialisat berisi komponen seperti larutan garam dan glukosa yang dibutuhkan tubuh. Pada mesin, juga terdapat alat pencatat serta pengontrol aliran darah, suhu, dan tekanan. Obat antipembekuan darah (heparin) diberikan pada pasien untuk mencegah pembekuan darah selama proses pencucian darah.


Sebelum proses dialisis dilaksanakan, perlu dibuat fistula arteriovenosus di antara pembuluh arteri dan vena melalui pembedahan yang merupakan jalan untuk keluar-masuknya darah. Melalui selang, darah dari tubuh dialirkan keluar dan dipompa ke dalam mesin dialiser. Di dalam mesin dialiser, terjadi proses pencucian darah yang prosesnya mirip dengan proses yang berlangsung di ginjal. Zat-zat sisa metabolisme, zat racun, dan air dari darah berpindah melalui selaput semipermeabel menu ke dialisat secara difusi dan ultrafiltrasi. Ultrafiltrasi adalah proses perpindahan air dan zat terlarut karena perbedaan tekanan hidrostatis antara darah dengan dialisat. Sel-sel dan protein darah berukuran lebih besar daripada zat sampah sehingga tidak dapat menembus selaput semipermeabel. Darah yang telah disaring menjadi bersih, kemudian dialirkan kembali ke dalam tubuh Dialisat berubah menjadi kotor karena bercampur dengan zat-zat sampah, dan dialirkan ke penampungan.


Untuk menyaring seluruh darahnya, umumnya setiap orang memerlukan waktu 9-12 jam dalam seminggu. Pencucian darah umumnya dibagi menjadi tiga kali pelaksanaan sehingga diperlukan waktu 3-5 jam untuk sekali cuci darah. Namun, hal ini bergantung pada tingkat kerusakan ginjal. Pada penderita gagal ginjal kronis, apabila tidak ingin melakukan cuci darah terus-menerus, alternatif lainnya adalah melakukan cangkok ginjal.



B. Transplantasi Ginjal


Transplantasi ginjal adalah terapi penggantian ginjal pasien dengan ginjal lain yang berasal dari orang yang hidup atau yang sudah meninggal. Transplantasi ginjal menjadi terapi pilihan untuk sebagian besar pasien yang menderita gagal ginjal dan penyakit ginjal stadium akhir dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.



C. ESWL (Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy


ESWL (extracorporeal shock wave lithotripsy) adalah penghancuran batu saluran kemih dengan menggunakan gelombang kejut (shock wave) yang ditransmisikan dari luar tubuh. Terapi ini menggunakan gelombang ultrasonik yang akan memecah batu saluran kemih menjadi lebih kecil sehingga baru dapat keluar sendiri bersama urine.



D. Skin grafting (cangkok kulit)


Skin grafting (cangkok kulit) adalah tindakan memindahkan sebagian atau seluruh ketebalan kulit dari donor ke resipien yang membutuhkan. Kulit yang digunakan dapat berasal dari diri sendiri atau orang lain. Pada umumnya, kulit donor diambil dari paha, pantat, punggung, atau perut. Cangkok kulit bertujuan untuk penanganan luka bakar yang parah dengan area luka yang luas.



IV. Sistem Ekskresi pada Hewan



A. Sistem Ekskresi pada Annelida


Alat ekskresi pada Annelida, yaitu metanefridium. Setiap segmen tubuh cacing tanah memiliki sepasang nefridium, kecuali tiga segmen pertama dan segmen terakhir. Metanefridium terdiri atas nefrostom berbentuk corong bersilia di bagian anterior), nefridium (saluran yang berliku-liku), kandung kemih (saluran yang menggelembung), dan nefridiofor (lubang muara akhir di permukaan tubuh). Mekanisme ekskresi pada cacing tanah adalah sebagai berikut.


1. Cairan tubuh ditarik/disedot oleh nefrostom, masuk ke dalam saluran nefridium yang berliku-liku.


2. Ketika cairan tubuh mengalir melalui nefridium, zat-zat yang masih berguna (glukosa, air, dan ion-ion) diserap oleh darah untuk diedarkan kembali.


3. Zat-zat sisa (amonia, urea, garam-garam, dan sedikit air) dikeluarkan melalui nefridiofor.



B. Sistem Ekskresi pada Serangga


Alat ekskresi pada serangga (misalnya, belalang), yaitu pembuluh Malpighi. Pembuluh Malpighi berupa kumpulan serabut halus berwarna putih kekuningan, pangkalnya melekat pada dinding usus, dan terletak di antara usus tengah dan usus belakang. Belalang tidak dapat mengekskresikan amonia sehingga amonia harus diubah terlebih dahulu menjadi asam urat. Mekanisme ekskresi pada serangga adalah sebagai berikut.


1. Darah mengalir melewati pembuluh Malpighi.


2. Ketika cairan bergerak melewati bagian proksimal pembuluh, bahan-bahan yang mengandung nitrogen diendapkan menjadi asam urat.


3. Air dan garam-garam diserap kembali melalui proses osmosis dan transpor aktif


4. Kristal asam urat masuk ke dalam usus dan diekskresikan bersama-sama feses melalui anus.









Post a Comment

0 Comments